Hitam part 1 (Merah Chapter 2)
By: Sachi L. Phantomhive aka Cynchan
Disclaimer: Kuroshitsuji , Toboso Yana.
  Code Geass Hangyaku No Lelouch, Sunrise, CLAMP.

 Pandanganku gelap. Gelap. Tak ada apa-apa. Semuanya hitam. Sepandang mataku memandang, Semuanya…hitam tanpa ada cahaya sedikit pun.

 “Hah!” 

Aku terbangun. Tidak biasanya aku bangun dengan sekujur tubuhku berkeringat dan napasku tersengal-sengal.
“Apa..apaan itu tadi?” kataku sambil memegangi kepalaku. Mataku setengah terbuka, nafasku masih belum teratur.
“Aku..”
“Ada…Apa?”
Ada seseorang disampingku. Aku menoleh, dan mendapati Ciel disampingku. Seperti biasanya, eye patch terpasang di mata kanannya, rambut hijau gelapnya menutupi eye patchnya berwarna hitam. Baju model tuksedo berwarna hijau tua senada dengan rambutnya dengan sebuah pita biru yang mengikat lehernya, menjadikan Ciel tidak mirip anak-anak seusianya. Aku tercengang melihtanya pagi-pagi sudah berada di kamarku.
“Ciel?” tanyaku saat ia memandangku aneh.
“Kau berkeringat, onee-sama” katanya lagi sambil menatapku lekat
Aku memegang leherku. Benar, leherku basah.
“Oh...Ini...”
Ada sebuah ketukan di pintuku. Kami berdua memandang ke arah pintu kamarku.
“Selamat pagi” Sebastian menyapa kami berdua.
“Mistress dan Young Master, makan pagi sudah siap” Sebastian mengangkat tangannya ke dada dan membungkuk. 
“Oh...” lalu ia terlihat seperti baru sadar akan sesuatu.
“Lady Cielle, apa Anda tidak enak badan?” tanyanya kemudian
“Ya, dia memang tidak enak badan. Jadi, tolong bawakan makan pagi yang ringan saja ke kamarnya” Ciel menjawab dengan cepat. Bahkan sebelum aku membuka mulutku untuk menjawab. Seperti ia sudah mengetahui pertanyaan yang akan ditanyakan Sebastian.
“Kalau begitu…” Warna mata Sebastian terlihat aneh. Lalu, ia meninggalkan kamarku setelah membungkuk sekali lagi sebagai tanda permisi. Ciel tetap berada dikamarku, diam seribu bahasa. Akuu masih memakai piyama sutra dengan renda-renda disekitar pergelangan tangan. Aku memandang Ciel. Pagi-pagi begini sudah terlihat rapi dan siap. Sedangkan aku masih berantakan, bahkan beru bangun tidur.
“Uuuh” keluhku sambil merenggangkan otot seperti orang yang baru bangun tidur. *ya memang sih*
“Tidurlah” Ciel memerintahkanku.
Aku menoleh ke arahnya lagi. Dahiku sedikit mengernyit.
“Aku baik-baik saja, Ciel” bantahku.
Ciel menghela napas. Lalu berjalan menuju ke jendela yang berada disamping meja riasku yang mewah. Matanya memandang jauh keluar. Aku tidak tahu harus berkata apa. Tidak sampai 5 menit, terdengar ketukan lagi di pintuku. Aku yakin itu Sebastian.
“Permisi, Young Master dan Mistress” ujarnya sambil mendorong kereta masuk.
Ciel masih saja tidak bergerak dari tempat itu. Sorot matanya masih memandang keluar. Sebastian mendorong kereta makanan itu mendekatiku.
“Kelihatannya Anda sedikit masuk angin” katanya sambil mengibas-ibaskan serbet disampingku.
“Saya bawakan bubur domba buatan Swiss dan teh madu yang bagus untuk mengatasi masuk angin” sambungnya. Lalu ia menuangkan teh ke dalam cangkir porselin berwarna kuning gading dengan lis emas diujungnya pemberian Raja Britannia terdahulu, Charles Di Britannia,dan meletakannya di kereta dorong itu.
“Ayo Sebastian”
Tiba-tiba Ciel mengajak Sebastian pergi. Sebastian kelihatannya mengetahui maksud Ciel, lalu menganggukan kepalanya.
“Baiklah, saya permisi dulu, Lady Cielle. Saya pastikan Aschalia akan mengurus kebutuhan Anda selama saya dan Young Master pergi” 
“Umh” Aku menganggukan kepala sekali. Sebastian dan Ciel langsung bergerak meninggalkan kamarku. Sebelum Ciel pergi, ia menghampiriku dan memelukku. Aku masih seperti orang yang konslet.
“Aku pergi dulu, Onee-sama” pamitnya pelan, lalu meninggalkan ruangan.
Misi lagi, kah?
Kamarku langsung terasa hening. Tak ada siapapun, seperti biasanya. Tanganku meraih cangkir teh itu, lalu meneguk tehnya. Rasanya hangat. Sekujur tubuhku seperti baru disengat aliran listrik baru. Rasanya aku mulai hidup kembali. Tiba-tiba seseorang mengetuk pintuku.
“Masuklah” kataku
“S-selamat pagi…”
Aku mendapati Mayleen berada di depan pintu kamarku.
“E..etto…Aschalia sedang mengurus kamar Young Master, karena itu..a..aku..” kata Mayleen terbata-bata, sekarang dia malah terlihat seperti acara lawak, bukan pelayan, pikirku dalam hati.
“Iya..” kataku seraya meletakan cangkir ke atas kereta.
“Tapi jangan sampai menghancurkan kamarku, ya” pesanku.
“I..Iya My Lady!” Mayleen dengan spontan mengiyakan.
Aku turun dari ranjangku, dan meraih selendang tipis yang tergantung di atas kursiku, dan mengikatnya ke tubuhku.
Seperti yang dikatakan Sebastian. Kelihatannya aku masuk angin. Dingin sekali rasanya, pikirku.
Aku meninggalkan ruang kamarku dan entah kenpa, berjalan menuju ruang kerja Ciel. Ketika aku masuk, ruang kerja Ciel sudah dirapikan Aschalia, wangi fragrant yang digunakan Aschalia untuk membersihkan ruang kerja Ciel langsung menghampiriku pada langkah pertama aku masuk ruang kerja itu.
Hal yang pertama kulakukan adalah memeriksa jadwal adikku hari ini. Tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah selebaran bertanda Ratu yang berwarna merah darah dan mempunyai cap resmi kerajaan Inggris.

 Queen’s Invitation 

Kepada : Yang terhormat, Lord Ciel Phantomhive dan Lady Cielle Phantomhive

Aku mengundang Lord Ciel dan Lady Cielle untuk meghadiri pesta dansa sekaligus pesta ulang tahun Princess Nunnally Vi Britannia tanggal 21 April. Kehadiran kedua Lord dan Lady Phantomhive akan sangat kuharapkan 

Tertanda


Verena Zi Thre Britannia

Begitulah isinya. Tanggal 21 April. Berarti besok? Kenapa surat sepenting ini belum sampai padaku? Aku kan juga diundang?
Dahiku mengerut. Aku masih menggengam surat itu. Tanganku satunya lagi memegang dagu. Aku sedang berpikir keras. Rasanya aku tidak sakit lagi.
“Apa..maksudnya..?” aku menggumam sendiri.
Tiba-tiba aku tak sengaja melihat beberapa foto yang dibingkai dengan kayu bercorak mawar berwarna emas kecokelatan. Di foto itu, ada Ayah dan Ibu, Ayah sedang duduk di ruang kerjanya yang sekarang menjadi ruang kerja Ciel, Ibu berdiri disampingnya sedang tersenyum lemah. Walaupun ini adalah foto lama namun tak ada debu sedikit pun karena Aschalia sudah memberishkannya. Aku membalik bingkai itu, ada tulisan bersambung di pojok kiri bingkai itu. Inggris, 12 April 1905. Aku merasa aneh, lalu aku membalik bingkai itu lagi. Tidak ada. Tidak ada aku. Bukankah…1905 harunya aku sudah lahir? Aku meletakan foto itu dengan cepat, lalu mengaduk-aduk lemari disampingnya yang berisi foto-foto beberapa generasi keluarga Phantomhive. 
Aku menemukan foto lain. Foto keluarga besar Phantomhive tahun 1906. Kali ini foto itu cukup besar. Aku mencari-cari sosok Ayah dan Ibuku.
“Ah..Itu..”
Perasaan aneh mulai menggerogoti hatiku. Tidak ada, tidak ada aku, bahkan di foto ini sebelum Ciel lahir. Bukankah…harusnya ada aku? Kenapa tidak ada sama sekali.
Glek
Aku menelan ludahku.
“Lady Cielle?” seseorang memanggilku.
Aku berbalik cepat-cepat dan menyembunyikan foto itu dibalik gaunku.
“A…Aschalia?”
Aku cepat-cepat mengusir kekhawatiranku.
“Anda..baik-baik saja?” Aschalia bertanya.
“i..Iya..” aku menjawabnya.
“Maafkan aku betanya yang tidak-tidak, My Lady” Aschalia membungkuk.
“Tidak apa-apa Aschalia” kataku cepat.
 “Makan siang sudah disiapkan, datanglah kapan saja, My Lady”
“Baiklah..mungkin aku sedikit terlambat” aku mengiyakan.
“Permisi, Lady Cielle”
Begitu Aschalia pergi, aku langsung mengembalikan foto itu ke tempatnya. Fuh! Bisa-bisa aku disangka aneh. Tanganku masih menggenggam undangan itu. Aku menatap undangan itu lagi, lalu menletakannya di atas meja Ciel.

****

“Apa? Undangan dansa?” Ciel yang berwajah polos menanyakan balik pertanyaan yang kuajukan padanya.
“Iya. Besok, masa kau tidak tahu?” tanyaku sambil melahap paella seafood buatan Sebastian.
Ciel berpikir sebentar.
“Oh…Undangan dansa Ratu Verena…” katanya lamban.
“Memangnya kau tidak mau pergi?”
Sebastian sedikit bergerak. Aku menangkap gerakannya. Aneh bila Sebastian tidak diam.
“Ada apa Sebastian?” tanya Ciel, yang baru saja kembali dari misinya. 
Kami sedang menyantap makan malam di kebun belakang mansion Phantomhive. Suasananya sepi. Beberapa lilin kecil menghiasi kebun itu. Aschalia, Finny dan Bard memegang labu kecil yang sudah dilubangi dan dimasukan lilin untuk membantu penerangan.
“Oh, Lord Ciel, perlu ditambahkan tehnya?” tanya Sebastian sopan. Di belakangnya ada Mayleen yang sedang sibuk sendiri, tepatnya salah tingkah bila ada Sebastian didekatnya. Lalu wajahnya merah sendiri. Aku mengeleng-geleng kepala. Lucu sekali.
 “….Kita akan pergi”
Ada nada ogah dalam perkataanya. Begitu mendengarnya, Sebastian langsung bergidik. Aneh sekali Sebastian hari ini.
“Hari ini kau kenapa Sebastian?” aku menatapnya penasaran.
“Tidak ada apa-apa, My lady. Terima kasih telah mengkhawatirkan pelayan Anda yang hina ini” kata Sebastia merendahkan diri sambil tersenyum kecut.
“Bohong, kenapa kau terlihat seperti keringat dingin..?” tanyaku sambil mengamati wajah Sebastian yang terlihat panas dingin.
“Sudahlah, kita akan pergi besok, istirahatlah. Ayo Sebastian” Ciel menasehatiku.
Aku diam melihat mereka, Sebastian mengikuti Ciel pergi. Aku tahu pasti wajahku cemberut karena aku sangat penasaran.
“Mau mebuatku mati penasaran apa?” gerutuku.
Mulai lagi aku bergumam sendiri. Mayleen, Bard dan Finny tertawa cekikikan, sebelum tatapan Aschalia membuat mereka mati beku.
“….”
 Namun, Cielle adalah Cielle. Cielle itu ceria. Maka aku pun dengan cepat berubah menjadi Cielle yyang biasanya. Aku tak sabar menanti pesta itu besok!

***
Begitu kami sampai pada gerbang kerajaan Britannia atau England. Sebastian membantu Ciel dan aku turun dari kereta kuda. Gerbang itu terlihat sangat megah. Melebihi gerbang utama pada mansion Phantomhive. Aku memandang sekeliling. Ini pertama kalinya aku datang ke kastil kerajaan. Aku dan Ciel disambut begitu menginjakan kaki di pintu gerbang. Empat pengawal kerajaan berdiri di dua sisi gerbang membungkukan badan mereka melambangkan sikap hormat mereka pada kami. Aku berjalan agak lambat karena gaun yang kupakai. Ciel berusaha menyamakan langkahnya denganku, sedangkan Sebastian berjalan tanpa suara dibelakang kami. Aku harus jujur bahwa auranya aneh. Lalu, kami mencapai pintu gerbang utama, dimana pesta dansa akan diadakan disana.
“Oh! Itu Lord dan Lady Phantomhive” salah seorang pengawal berkata.
“Selamat datang Lord Ciel dan Lady, uh..”
“Cielle” jawabku sambil tersenyum.
Maklumlah, aku jarang dikenal karena aku jarang pergi keluar mansion.
“Buka pintunya!” Ciel memerintahkan mereka.
“Siap! Buka pintunya” teriak seorang pengawal.
“Lord Phantomhive dan Lady Phantomhive telah tiba!” teriak pengawal yang lain begitu pintu utama terbuka. Aku menggenggam lengan Ciel.
Greeek
Cahaya langsung menyambut kami ditengah gelapnya malam, begitu pintu utama terbuka. Dua pengawal lain menyambut kami masuk, aku hanya tersenyum lemah, sementara Ciel diam seribu bahasa menjaga wibawanya. Gara-gara pengawal itu berteriak saat kami masuk, otomatis seluruh tamu menoleh ke arah kami.
Hall dansa itu sudah dipenuhi oleh tamu-tamu kerajaan. Elizabeth harusnya juga ada disini. Mataku terus mencari sosok Elizabeth, namun aku tak menemukannya.
Mungkin Elizabeth masih shock karena Madam Red…
CIEL!” seseorang berteriak dibelakang kami. Kami serentak menoleh, rasanya suara itu familiar…
Benarlah dugaanku. Elizabeth masuk tergesa-gesa sambil mengangkat gaun baby doll pink-nya yang berenda-renda—yang terlihat berat sekali menurutku. Ciel langsung dipeluknya.
Salah, kutarik kata-kataku tadi gerutuku dalam hati.
Tapi baguslah, Elizabeth baik-baik saja 
Ciel segera melepas pelukan Elizabeth. Sebelum untuk kedua kalinya Elizabeth mengejar Ciel. Ciel langsung memeluk lenganku.
“Aku akan berdansa dengannya” ujar Ciel
“Hah?” aku terlihat seperti orang bodoh.
Elizabeth terlihat sangat kecewa. Namun ia tahu kalau aku tidak mengenal siapa-siapa disini kecuali Ciel—untuk pasangan dansa, dan dengan berat hati Elizabeth pergi setelah menjelit jengkel padaku.
“Untuk kali ini saja!” Elizabeth memperingatkan.
Tiba-tiba terdengar suara ramai di lobi utama. Kami mendekat. Ternyata ada sambutan untuk Ratu yang akan memasuki ruangan. Tidak semua pangeran dan putri Britannia hari ini datang meramaikan pesta dansa. Tapi cukup banyak. Ada 7 pangeran dan 5 putri yang datang.
“Yang Mulia Ratu Verena Zhi Thre Britannia tiba!!” pengawal kerajaan berteriak.
Semua hadirin langsung berbaris rapi dan membungkuk.
Orchestra dimainkan.
Ratu Verena memasuki ruangan dengan elegannya. Dia memakai mahkota berukuran sedang senada dengan gaunnya yang simple, namun pita kecil menyilang dari bahu ke pinggangnya yang disemat banyak pin tanda kerajaan yang berkilau-kilau dibawah terpaan sinar lampu. Cantiknya.
“Berdirilah” perintahnya. Dan, seluruh hadirin pun langsung berdiri.
“Terima kasih telah datang ke acara pesta dansa dan satu pesta special” ujarnya sambil tersenyum lembut.
“Pesta ulang tahun cucuku, Nunnally Vi Britannia” sambung Ratu Verena sambil menoleh kearah Nunnally. Otomatis, seluruh tamu menoleh kearahnya. Nunnally hanya tersenyum kikuk dan melambaikan tangannnya sekilas.
“Aku tidak akan panjang-panjang. Nikmati pestanya!” ujar Ratu Verena ceria. Siapa sangka dia sudah berumur cukup tua, yaitu 60 tahun. Namun masih sehat bugar, ceria dan terlihat seperti wanita belia berumur 30an. Para Tamu langsung berhambur menikmati pesta.
Aku memandang para putri dan pangeran kerajaan. Nunnally adalah yang paling kecil diantara semua kakak-kakaknya. Rambut berombak kecoklatan dan wajah yang lemah lembut, membuat Nunnally sangat disayang para sesepuh kerajaan. Kakak kandungnya berdiri disampingnya, sedang tersenyum kepada tamu yang menyalaminya. Namanya Lelouch Vi Britannia, pangeran kesebelas kerajaan Inggris, rambutnya hitam keunguan mirip dengan warna bola matanya.
Schneizel El Britannia adalah pangeran kedua, yang terlihat paling berkharisma—juga licik. Disampingnya, Pangeran pertama, yaitu Oddyseus. Dua pangeran lain, kurang dikenal namanya karena jarang terjun ke pemerintahan, yaitu Charles dan Philipus.
Empat Putri Britannia lainnya, Cornelia Li Britannia dan Euphemia Li Britannia, mereka kakak beradik yang sangat akur. Sedangkan Furea Le Britannia dan Carline Le Britannia adalah saudara tiri, yang kelihatannya tidak pernah bisa akur.
Agak Mirip denganku ya? tebakku ngaco.
“Silahkan Lady” Sebastian menawariku minuman.
“Ah..Terima kasih” dan aku mengambil minuman itu.
Ciel masih berdiri disampingku.
“Lihat, siapa yang datang, Lord Phantomhive!” seseorang menyapa Ciel.
Aku berbalik. Prince Schneizel, Prince Lelouch dan Princess Nunnally berada dibelakang kami. Sebastian langsung mengambil sikap hormat.
“Lord Ciel, inikah kakak Anda?” tanya Schneizel sambil menatapku dari atas sampai bawah— yang rasanya seperti diinterogasi.
“Salam kenal, aku Cielle Phantomhive” kataku memperkenalkan diri.
“Lady Cielle, aku sangat ingin bertemu Anda” Nunnaly berjalan kedepan dengan anggunnya. Ia mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. Aku membalasnya sambil tersenyum aneh.
Kenapa dia ingin bertemu denganku?
Lalu kami saling berjabat tangan dan memperkenalkan diri satu sama lain. Tiba-tiba sekeliling mejadi gelap, dan lampu menyorot seseorang di panggung.
“Euphemia Li Britannia?”
Nunnally menoleh kearahku.
“Onee-sama akan mempersembahkan tariannya kepada hadirin. Lady Cielle juga harus menikmati loh” katanya.
Aku tersenyum sedikit, lalu mengembalikan pandanganku ke panggung.
Lagu dimulai.
Putri keempat kerajaan inggris itu memulai tariannya. Orchestra dan koor mengiringi tariannya, dan Euphemia mulai bergerak.
Kakinya dengan cepat mengubah pola lantainya, dengan gaun hitam yang elegan, ia mulai berputar-putar seirama dengan lagu yang diketahui berjudul Lacrimosa itu. Koor dan alunan musik benar-benar membuat bulu kuduk berdiri. Keindahan tarian Lacrimosa itu bahkan membuatku merinding. Tangannya dengan lemah gemulai menggeliat kesana kemari. Euphemia terlihat benar-benar menjiwai tariannya, dengan menutup kedua matanya. Hebat.
Memasuki bagian reff, aku semakin terpana dengan tarian dan juga lagu Lacrimosa itu. Aku terdiam, tak bisa berkata apapun betapa indahnya tarian itu. Sungguh. Alunan biola yang terkesan misterius terus menghidupkan tarian itu. Pertunjukkan itu seolah-olah obat bius. Suara koor yang terus menerus meneriakkan La-cri-mo-sa itu sangat sinkron dengan lagunya. Para tamu langsung terdiam dan memperhatikan tarian Euphemia. Rambut merah mudanya yang panjang seolah-olah mengikuti pola geraknya. Gerakannya sesuai tempo, kadang cepat kadang lambat.
Ketika lagu hampir berakhir, Euphemia membuat kejutan dengan berputar cepat lalu melompat seperti tarian balet—yang pasti anggun—lalu berputar lagi hingga dirinya terduduk dengan kaki menyilang.

PART 1 ENDS HERE.
Komen PLS?

Ada banyak OOC dan OC. Hahaahahah

One more thing: maaf kalo jelek, bner2 in hurry nulisnya. semoga punya waktu buat dikritik ato upgrade!


S.L.P.

Blue is my colour, Chelsea is my life. XP


Credits : Gisella Tellys * karena saya pakai nama Verena!*
Lagu Lacrimosa yang membuat saya merinding…by Kalafina*juga terinspirasi membuat tarian euphie hha*

2 comment:

=)) =)) =)) bagus" XD
Verena tu sebenarnya nama cewe yg prnah ditaksir koko aku XD XD XD XD
lanjutin ehh~ XD

iyo ee?
hahahaha
kebetulan namony bgus
eh tapi kok kaw tau???

Posting Komentar